Oleh : Nur Ihsan Amalia
Pernahkah Anda mengukur tekanan darah Anda ataupun kadar kolesterol Anda? Ternyata cek kesehatan secara rutin sangat perlu, sebab kita dapat mencegah secara dini gejala-gejala penyakit yang menyerang tubuh kita kapan saja. Pada umumnya, suatu penyakit pasti ditandai dengan munculnya beberapa kondisi sebagai gejala. Namun apakah bisa penyakit yang sewaktu-waktu dapat menyerang tubuh tersebut tiba-tiba muncul bahkan tanpa gejala? Penyakit yang satu ini dapat timbul hampir tanpa indkasi awal. Terlebih penyakit-penyakit mematikan sekarang sudah tidak pandang bulu lagi. Dari mula anak-anak hingga orang dewasa dan lansia, bahkan tidak peduli berduit atau tidak. Penyakit yang menyumbang angka kematian yang cukup banyak ini disebut sillent killer.
Salah satu penyakit yang tergolong silent killer adalah jantung. Serangan jantung ini terjadi karena terhentinya aliran darah ke jantung sehingga sebagian sel jantung mati. Pada umumnya, pada bagian dada penderita tiba-tiba terasa nyeri dan sesak selama beberapa menit. Hal tersebut disebabkan adanya penumpukan lemak atau karena hipertensi, diabetes melitus, kolesterol tinggi, dll.(Adi D. Tilong, 2014). Selain jantung, penyakit mematikan selanjutnya adalah stroke, penyakit stroke juga tergolong penyakit silent killer. Penyakit ini timbul karena adanya gangguan pada aliran darah ke otak. Faktor resiko pada stroke terbagi menjadi dua, yakni faktor yang tidak dapat diubah, seperti jenis kelamin, umur, dan genetik, dan faktor yang bisa diubah, seperti hipertensi, jantung, diabetes melitus, obesitas, dll.(Adi D. Tilong, 2014)
Faktor utama atau faktor paling banyak dari penyakit-penyakit mematikan tersebut diatas tidak lain adalah hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang menjadi penyebab kematian kelima tertinggi di indonesia. Tekanan darah adalah kekuatan darah yang mendorong melawan dinding arteri, dari jantung yang memompa darah melalui arteri. Tekanan darah yang terlalu tinggi akan sangat menganggu sirkulasi darah dan dapat mengakibatkan penyakit jantung. Penyakit hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Setiap poeningkatan 20 mmHg tekanan darah sistolik atau 10 mmHg tekanan darah diastolik dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik dan strok (Chobaniab, dkk., 2003).
Dokter spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Dr. Bambang Widyantoro mengatakan, survei menunjukan bahwa hipertensi dapat meningkatkan risiko stroke dan risiko serangan jantung. Hal ini diketahui dari survey May Measurement Month tahun 2017 dan 2018, yang mengukur tekanan darah lebih dari 70.000 orang di 34 provinsi Indonesia pada tahun 2017 dan 120.000 orang di 27 provinsi di tahun 2018. Dr Bambang juga mengatakan, data pengukuran tekanan darah lebih dari 70.000 masyarakat Indonesia selama Mei 2017 menunjukkan, satu dari tiga orang dewasa dengan usia sekitar 41 tahun mengalami peningkatan tekanan darah, dan satu dari enam orang sudah mengonsumsi obat penurun tekanan. Dari sinilah kemudian diketahui jika 7,7 persen dari penderita hipertensi sudah pernah mengalami stroke, sebanyak 15,7 persen menderita penyakit jantung koroner, dengan lebih dari 19 persen masih merokok aktif dan 16,2 persen dari penderita hipertensi, juga menderita diabetes. Sementara itu, Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH) dr. Tunggul D Situmorang mengatakan, hal ini karena hipertensi dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh yang memiliki pembuluh darah. Tak hanya menyumbang angka kematian, hipertensi juga menelan anggaran besar. Data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mencatat, sepanjang semester 1/2017 telah mengeluarkan dana Rp12,7 triliyun untuk membiayai penyakit tidak menular, seperti stroke, jantung, kanker, hingga gagal ginjal.
Pencegahan selalu lebih baik dari pengobatan, Untuk mengendalikannya, Pemerintah melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Harapannya, seluruh komponen bangsa dengan sadar mau membudayakan perilaku hidup sehat dimulai dari keluarga. Germas dilakukan dengan melakukan aktifitas fisik, menerapkan perilaku hidup sehat, konsumsi pangan sehat dan bergizi, melakukan pencegahan dan deteksi dini penyakit, meningkatkan kualitas lingkungan menjadi lebih baik, dan meningkatkan edukasi hidup sehat, juga menerapkan pola hidup sehat dengan perilaku CERDIK (Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stres). Selain itu dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok dan diet tidak sehat, terlalu banyak mengkonsumsi garam. Kita juga harus banyak mengkonsumsi buah dan sayur serta menjaga pola makan dan istirahat yang cukup. Jika sudah menderita hipertensi maka hal yang harus dilakukan adalah menghubungi dokter serta banyaklah mengkonsumsi makanan yang dapat menurunkan atau mengkontrol tekanan darah, seperti mentimun, daun sledri dan lain-lain.
Daftar Pustaka
Tilong, Adi D. 2014 waspada penyakit-penyakit tanpa gejala menyolok. Kebumen : Buku Biru
https://www.jawapos.com/kesehatan/health-issues/17/05/2017/hati-hati-hipertensi-penyakit-silent-killer/?amp#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s(22 Juli)
https://www.kompasiana.com/amp/moh.romadlon/mewaspadai-serangan-penyakit-silent-killer_54f76c7ca33311a8368b47ea#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s (22 Juli)
https://www.inews.id/lifestyle/health/mengenal-hipertensi-silent-killer-penyebab-stroke-penyakit-jantung/206633 (26 Juli)
http://www.depkes.go.id/article/view/18051600004/hipertensi-membunuh-diam-diam-ketahui-tekanan-darah-anda.html (1 Agustus)
Minggu, 25 Agustus 2019
Seba Serbi PKKMB FMIPA UNY 2019
Assalamu'alaikum.Wr.Wb, Salam Sejahtera bagi Kita semua.
Perkenalkan, nama saya Nur Ihsan Amalia. Saya adalah Mahasiswa baru Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2019 dari prodi Pendidikan IPA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Alasan saya memilih prodi ini adalah karena saya bercita-cita menjadi pendidik generasi penerus bangsa yang berilmu, bermartabat dan berakhlak mulia.
Permasalahan Pendidikan di Indonesia masih menjadi isu yang tak pernah habis dibicarakan di Negeri ini. Mengingat akan pendidikan di Indonesia yang masih terlalu fokus dalam hal mengejar prestasi akademik dan kurang dalam hal menanamkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya: pada saat ujian seorang siswa mencontek dan berdiskusi atau bahkan sampai nekat menggunakan gadgetnya untuk menjawab soal ujian.
Selain itu, sistem pendidikan Indonesia yang tidak seimbang antara belajar yang berfikir(kognitif) dan belajar yang merasa(afektif). Sehingga terjadilah disintegrasi. Padahal belajar bukan hanya mengejar nilai/ijazah semata, namun belajar juga harusnya menjadikan kita sebagai manusia yang seutuhnya. Manusia yang dapat berwawasan luas dan kritis dalam menghadapi tantangan zaman dengan karakternya yang menghargai nilai-nilai luhur bangsa.
Solusi dari masalah tersebut diantaranya, melalui perbaikan sistem-sistem sosial yang berkaitan langsung dengan Pendidikan. Selain itu pemerintah juga dapat meningkatkan kualitas guru melalui berbagai pelatihan, serta dapat melalui kualitas materi pelajaran dan sarana pendidikan.
Permasalahan ini juga yang akan kita hadapi sebagai calon pendidik. Dengan bekal berwawasan luas dan berilmu saja tidak cukup, kita juga harus mulai membiasakan diri menanamkan nilai-nilai luhur bangsa dalam diri kita. Karena perubahan itu dimulai dari diri kita sendiri. Kita juga harus bekerja sama dengan masyarakat untuk dapat mewujudkan perubahan tersebut. Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut, diharapkan Pendidikan di Indonesia dapat bangkit dari keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang ber-SDM tinggi, berkarakter, bermartabat serta memiliki budi pekerti yang mulia.
Perkenalkan, nama saya Nur Ihsan Amalia. Saya adalah Mahasiswa baru Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2019 dari prodi Pendidikan IPA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Alasan saya memilih prodi ini adalah karena saya bercita-cita menjadi pendidik generasi penerus bangsa yang berilmu, bermartabat dan berakhlak mulia.
Permasalahan Pendidikan di Indonesia masih menjadi isu yang tak pernah habis dibicarakan di Negeri ini. Mengingat akan pendidikan di Indonesia yang masih terlalu fokus dalam hal mengejar prestasi akademik dan kurang dalam hal menanamkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya: pada saat ujian seorang siswa mencontek dan berdiskusi atau bahkan sampai nekat menggunakan gadgetnya untuk menjawab soal ujian.
Selain itu, sistem pendidikan Indonesia yang tidak seimbang antara belajar yang berfikir(kognitif) dan belajar yang merasa(afektif). Sehingga terjadilah disintegrasi. Padahal belajar bukan hanya mengejar nilai/ijazah semata, namun belajar juga harusnya menjadikan kita sebagai manusia yang seutuhnya. Manusia yang dapat berwawasan luas dan kritis dalam menghadapi tantangan zaman dengan karakternya yang menghargai nilai-nilai luhur bangsa.
Solusi dari masalah tersebut diantaranya, melalui perbaikan sistem-sistem sosial yang berkaitan langsung dengan Pendidikan. Selain itu pemerintah juga dapat meningkatkan kualitas guru melalui berbagai pelatihan, serta dapat melalui kualitas materi pelajaran dan sarana pendidikan.
Permasalahan ini juga yang akan kita hadapi sebagai calon pendidik. Dengan bekal berwawasan luas dan berilmu saja tidak cukup, kita juga harus mulai membiasakan diri menanamkan nilai-nilai luhur bangsa dalam diri kita. Karena perubahan itu dimulai dari diri kita sendiri. Kita juga harus bekerja sama dengan masyarakat untuk dapat mewujudkan perubahan tersebut. Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut, diharapkan Pendidikan di Indonesia dapat bangkit dari keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang ber-SDM tinggi, berkarakter, bermartabat serta memiliki budi pekerti yang mulia.
Upaya Pencegahan Dekadensi Moral
Oleh : Nur Ihsan Amalia
Globalisasi ditunjukan dengan adanya perkembangan dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perkembangan IPTEK memeng memberikan dampak yang luar biasa. Disamping dampak positif, pada kenyataannya perkembangan IPTEK juga menggoreskan beberapa persoalan negatif. Diantaranya adalah kemerosotan moralitas generasi penerus bangsa atau yang sering disebut dekadensi moral.
Sebagai bawaan dari perkembangan IPTEK, sikap konsumtif, hedonitis dan sekuleristis juga merupakan embrio embrio dekadensi moral generasi. Yang memprihatinkan lagi, dekadensi sudah mulai merajalela di kalangan pelajar dan generasi muda. Hal tersebut mengakibatkan lunturnya nilai-nilai agama, dan kurangnya perhatian dari keluarga, akhlak mulia mereka pun mulai terkikis oleh penipuan, permusuhan, penindasan dan saling menjatuhkan satu sama lain.
Untuk mengatasi hal tersebut ialah lebih diperketat pengawasan dari orangtua terhadap apa saja yang dilakukan oleh anak-anaknya. Selain keluarga, masyarakat juga memiliki peran dalm membantu tergalinya potensi dan pengenbangan secara optimal. Keluarga terutama yang memiliki peran terbesar dalam pembentukan karaakter. Orang tua dpat menenamkan sifat positif sejak dini dan mengajarkan nilai-nilai ilmu agama terutama pendekatan diri kepada Sang Pencipta.
Maka dari itu saya mengajak teman teman untuk merubah kebiasaan kita yang kurang baik dn melatih diri kita menjadi pribadi yang lebih taat lagi. Taat pada aturan, baik agama maupun aturan masyarakat.
Daftar Pustaka
https://m.detik.com/news/opini/id-920553/dekadensi-moral, minggu, 18 gustus, 21.00 WIB
www.medanbisnisdaily.com, Senin, 19 Agustus, 20.00 WIB
Globalisasi ditunjukan dengan adanya perkembangan dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perkembangan IPTEK memeng memberikan dampak yang luar biasa. Disamping dampak positif, pada kenyataannya perkembangan IPTEK juga menggoreskan beberapa persoalan negatif. Diantaranya adalah kemerosotan moralitas generasi penerus bangsa atau yang sering disebut dekadensi moral.
Sebagai bawaan dari perkembangan IPTEK, sikap konsumtif, hedonitis dan sekuleristis juga merupakan embrio embrio dekadensi moral generasi. Yang memprihatinkan lagi, dekadensi sudah mulai merajalela di kalangan pelajar dan generasi muda. Hal tersebut mengakibatkan lunturnya nilai-nilai agama, dan kurangnya perhatian dari keluarga, akhlak mulia mereka pun mulai terkikis oleh penipuan, permusuhan, penindasan dan saling menjatuhkan satu sama lain.
Untuk mengatasi hal tersebut ialah lebih diperketat pengawasan dari orangtua terhadap apa saja yang dilakukan oleh anak-anaknya. Selain keluarga, masyarakat juga memiliki peran dalm membantu tergalinya potensi dan pengenbangan secara optimal. Keluarga terutama yang memiliki peran terbesar dalam pembentukan karaakter. Orang tua dpat menenamkan sifat positif sejak dini dan mengajarkan nilai-nilai ilmu agama terutama pendekatan diri kepada Sang Pencipta.
Maka dari itu saya mengajak teman teman untuk merubah kebiasaan kita yang kurang baik dn melatih diri kita menjadi pribadi yang lebih taat lagi. Taat pada aturan, baik agama maupun aturan masyarakat.
Daftar Pustaka
https://m.detik.com/news/opini/id-920553/dekadensi-moral, minggu, 18 gustus, 21.00 WIB
www.medanbisnisdaily.com, Senin, 19 Agustus, 20.00 WIB
Langganan:
Komentar (Atom)